Saturday, April 7, 2007

The Story Of Mr. Yes and Mr. No

Well, it's been quite a long time since I posted my last entry. All these tests and exams had kept me busy for the last few weeks. So thus, to release all these stresses I had, I am going to make a short novel (or something like it). Hope you enjoy... O yeah, by the way, I'm going to make this in Bahasa so if you don't understand, well... I don't really care. Hehe :) This is the first part (or episode, whatever) of the story. This part is called :

" The Beginning : Please Verify Your Password, Mr. Yes "

Pagi itu adalah pagi yang cerah. Matahari bersinar dengan terik dan burung-burung Gereja berkejar-kejaran di halaman rumahku. Pukul 8 pagi dan alarmku berdering dengan kencang membangunkan aku dari tidurku yang lelap. A new day, but the same routine. Aku terbangun dengan perasaan ingin mati, tidak berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Sebelum kuberanjak keluar dari kamar, kupandangi lagi poster Kurt Cobain, Bob Marley, dan John Lennon yang terpampang di tembok kamarku. Mr. Kurt, Mr. Bob, Mr. John, when will I follow you ? Phiuuuhh... Hidupku yang membosankan. Aku tidak membenci hidup, hanya saja mengapa Tuhan membuat semua ini terasa begitu membosankan ? Tapi apalah, persetan.

Aku menuju kamar mandi untuk gosok gigi, lalu kembali lagi ke kamarku untuk tidur... lagi. Ah ya, salat Subuh. Aku adalah seorang Muslim tapi aku tidak percaya dengan ritual yang disebut dengan salat (hmm... sebenarnya tidak sepenuhnya benar. Aku percaya, hanya saja aku malas dan mencari sebuah justifikasi. Agama biarlah sebatas menjadi mata pelajaran di sekolah, yang penting aku lulus dan memiliki masa depan. Salahkah itu? But what the fuck... Bukankah pemikiran seperti itu juga yang melekat di otak sebagian besar remaja ibukota? Agama=Islam, gaya hidup=barat atau apapun yang sedang tren walaupun tidak sesuai dengan agama). Aku bukanlah seorang anak emo, tapi entah mengapa akhir-akhir ini playlist iPodku dipenuhi oleh musisi seperti Fall Out Boy, The Academy Is..., The Used, dkk. Tren? Well... I am a slave of the society's 'happening', not a slave of my own mind and wisdom. Sepatutknyakah aku untuk merasa malu? Fuck me! But what the hell, I want to die anyway.

Ah ya, sebelumnya, mungkin aku harus meminta maaf pada anda semua yang sudah muak terhadap dunia sastra Nusantara yang dipenuhi oleh bacaan-bacaan teenlit yang terkadang (maaf) kurang bermutu dan menemukan bahwa apa yang anda baca saat ini juga terasa keteenlit-teenlitan dan malah lebih tidak bermutu. Bila anda merasa bacaan ini tidaklah berbeda dari teenlit-teenlit lain yang hanya akan membuat anda muak, maka silahkan berhenti membaca dan keluar dari halaman blog ini segera :) no offense though...

TO BE CONTINUED...

No comments: