Tuesday, April 24, 2007

The Story Of Mr. Yes and Mr. No (Part 6)

This is the sixth part of the story, this one is called :

" Look At Those Trembling Little Pencils, Mr. No "

Manusia pada dasarnya tidak dapat mengetahui kapan ajal akan menjemput mereka, bisa hari ini, bisa esok hari, bisa juga 1000 tahun lagi. Namun entah mengapa aku merasa bisa merasakan kapan ajal akan menjemputku. Kapankah itu? Sekarang, ketika malaikat pencabut nyawa itu turun dari mobil merah yang diparkir di sebelah sepedaku tersebut. Bila anda berpikir bahwa malaikat pencabut nyawa itu berpakaian serba hitam-hitam (atau setidaknya menggunakan jubah hitam dan membawa tongkat "kematian" sebagaimana yang film-film Hollywood telah gambarkan) dan memiliki kepala tengkorak, anda salah besar! Sesungguhnya malaikat pencabut nyawa itu berpakaian minim dengan atasan tank top dan bawahan short pants yang seksi, serta memiliki wajah cantik yang sanggup membuat anda jatuh cinta pada pandangan pertama. Anda tidak percaya? Well, setidaknya begitulah rupa malaikat pencabut nyawaku. Malaikat itu tampak begitu cantik walau ia telah mencabut nyawaku berkali-kali. Kenalkan, malaikat itu adalah gadis yang sangat aku cintai walaupun ia telah membuatku sangat menderita dan ingin mati.

"Ngapain lo di sini?" ujar malaikatku itu dengan suaranya yang sangat indah dan gemulai layaknya Putri Salju di tengah panasnya mentari kota.

Aku tak percaya ia mengajakku berbicara walau aku tahu itu pun sekedar basa-basi. Aku merasa amat senang, jujur!

"Abis bernang, lo?" ujarku dengan jantung yang berdebar-debar.

Aku memberanikan mulutku untuk berkata apa adanya. Mungkin ia akan menganggapku sebagai seseorang yang atletis dan rupawan setelah mendengar kenyataan bahwa aku baru saja selesai berenang.

"Bisa bernang lo? Heh" ujarnya sembari berjalan melewatiku.

Aroma tubuhnya yang sewangi bunga melati yang baru saja mekar membuat jantungku berdetak lebih kencang. Aku berharap ia kembali menengokku lagi, tapi ia terus berjalan ke dalam country club. Aku tidak tahu apa yang hendak ia lakukan, tapi aku berharap dapat menatapnya lebih lama lagi.

Selamat tinggal malaikatku, bidadariku. Akan kutahan rasa rindu ini karena aku tahu kita kan bertemu lagi (esok hari di sekolah tentunya).

Tunggu dulu..... Mengapa tiba-tiba aku menjadi begitu lemah gemulai penuh cinta seperti ini? Bukankah aku ini adalah aku yang selalu merasa ingin mati? Bukankah aku ini aku yang selalu mempersetankan cinta? Fuck. I am a very pitiful person Lagi-lagi aku ditipudaya oleh cinta. Anda lihat sendiri bukan? Bagaimana cinta itu begitu kejam. Cinta membuatku terbuai dan hilang tanpa arah. Sekarang ini, aku pun tak akan sanggup berkata "Fuck Love!" karena dalam hatiku yang terdalam, aku ternyata masih berharap akan cinta gadis itu. Tapi aku tahu, aku hanya berharap pada sebuah harapan hampa. Aah.. Aku memang benar-benar seorang pecundang. Namun untuk sementara, cukup untuk masalah cundang-pecundang ini. Hari sudah mulai gelap dan matahari dengan perlahan kembali ke dalam kandangnya. Segera kukayuh sepeda Wimcycleku menuju rumahku istanaku. Pulang, itu yang aku lakukan sekarang.

Sesampainya di rumah, kedua orangtuaku sudah kembali dari acara mereka dan adikku pun juga sudah kembali dari rumah temannya. Mereka tampaknya sedang asyik menonton televisi di ruang keluarga. Aku tak memiliki waktu untuk saling bertegur sapa dan bergabung dalam ritual menonton televisi bersama itu, karena aku harus segera mandi sebelum Maghrib tiba. Segera kumasuk ke kamar dan kutanggalkan pakaianku. Saat aku hendak masuk ke kamar mandi, aku merasakan ada sesuatu yang janggal. Ada sesuatu hal yang tidak beres di sini. Ada sesuatu yang hilang! Tapi aku tak tahu apa itu. Cintakah? Bukan, barang tersebut sudah lama hilang dariku. Harga diri? Yeah, itu juga. Lalu kulihat pergelangan tangan kiriku. Aku tahu apa yang hilang, jam tangan Digimonku. Hartaku yang tak ternilai harganya.

Aku tidak pernah melepas jam tangan tersebut, bahkan saat tidur dan mandi pun selalu aku kenakan. Jam tangan tersebut adalah nyawaku. My precious. Aku pun bingung setengah mati di mana jam tersebut berada. Aku yakin aku tidak melepaskannya dari bangun tidur pagi tadi. Segera aku geledah kamarku. Nihil, tidak ada juga. Lalu aku keluar kamar dan mencari di seluruh rumah. Mbak ku tidak tahu, keluargaku pun juga tidak ada yang tahu. Hilang? Tidaaak! Tidak mungkin barang keramat tersebut hilang. Aku pun semakin bertanya-tanya, apakah mungkin saat berenang tadi aku melepaskannya? Tidak, tidak mungkin. Jam tersebut water proof (so fucking awesome right?), jadi tidak mungkin itu menjadi sebuah alasan untuk melepaskannya dari tanganku. Di manakah jam tersebut?

Aku kehilangan arah. Aku kehilangan akal. Aku bisa menjadi gila.

Aku pun akhirnya kembali ke country club untuk sekedar memeriksa kembali (walaupun aku yakin betul ia tidak ada di situ). Aku tidak sempat mengeluarkan sepedaku lagi dari gudang, sehingga aku berlari dengan kecepatan penuh menuju country club layaknya Valentino Rossi yang sedang membalap lawan-lawannya di arena sirkuit MotoGP. Langsung saja aku menuju kolam renang dan byur! Tahu-tahu aku sudah berada di dalam air dengan masih mengenakan pakaian. Aku panik, aku akui (dan juga bodoh). Tapi perasaanku entah mengapa dengan tiba-tiba memberitahuku bahwa jam pusaka tersebut berada di dasar kolam ini. Langsung saja aku celupkan kepalaku ke dalam kolam (walaupun mataku terasa agak sedikit pedih) dan....... itu dia! That's my baby!

Saat aku hendak menyelam ke bawah, aku melihat seseorang sedang tenggelam dan dengan bersusah payah berusaha untuk tetap mengambang di tengah-tengah kolam. Poor guy... Tapi apalah, persetan! Jam tanganku ini jauh lebih penting dari orang tersebut. Semoga saja ada yang hendak menolongnya. Tapi semuanya berubah drastis saat orang tersebut mulai berteriak minta tolong. Suaranya familiar. Sangat familiar. Suara tersebut adalah suara yang selalu membuatku terbuai dalam alunan cinta. Suara tersebut adalah suara yang selalu aku harap untuk dengar. Suara tersebut adalah suara yang baru aku dengar seusai berenang sore tadi. Suara tersebut adalah suara milik bidadariku, wanita yang telah membuatku menderita dan jatuh cinta di saat yang sama. Aku mengalami sebuah dilema besar. Pilihan ini menyangkut hidup dan matiku. Apa yang harus aku pilih? Apa yang harus aku lakukan? Benda keramat yang merupakan nyawaku atau wanita yang selalu aku tunggu cintanya? Mana? Yang mana? Waktu berjalan cepat, jauh lebih cepat dari biasanya. Aku harus segera menentukan pilihan. Tapi yang manaa? Tidaaaaakk!!!!!

TO BE CONTINUED...

Monday, April 23, 2007

Poem Of The Beasts

I hope you like this although this poem sounds quite meaningless. Anyway, enjoy!

---THE POEM STARTS HERE---

What to seek in you baby?
you're empty, just like this town

No mayor

and the people is easy

Anarchy is all I want,
at least for today

You've fed me (so thank you)
I have enough love to launch from these people and animals

Tomorrow will be a new day
so brand new makes me afraid

brush your teeth darling

Your white teeth is your shiny gold
a million monkeys's interest
the greater sum than mankind

Everybody want to have some fun

I wonder how they had survived
in a total boredom

just like these days...

---THE POEM ENDS HERE---

BYE-BYE

Saturday, April 21, 2007

The Story Of Mr. Yes and Mr. No (Part 5)

This is the chapter no 5 of the story, this one is called :

" Slimtissue "

Smith dan Marilyn tidak lama bertandang ke dalam kepalaku, karena mereka harus pergi lagi menuju Planet Chromosom89 untuk menghadiri acara hajatan sunatan sepupu mereka. Agak sedih memang, mengingat mereka akhir-akhir ini jarang berkunjung dan sekarang mereka harus pergi kembali. Selamat jalan Smith dan Marilyn! Berhati-hatilah di jalan! Air mata pun mulai bercucuran dari kedua mataku, aku tak mampu membendung rasa sedih ini. Saat mereka menjauh dengan roket Alpha Cadburry yang super cepat itu pun aku masih berharap agar mereka tiba-tiba berhenti dan balik kembali untuk bermain-main denganku lebih lama lagi. Tapi sayangnya mereka tidak, mereka terus melaju dengan kecepatan yang bahkan hampir melebihi kecepatan cahaya. Temanku pergi... lagi. Meninggalkanku dalam jurang bertebing sepi. Aku hanya ingin mereka kembali. Menemaniku dalam canda, tawa, dan geli. Yeah, that's right.

Okay, sekarang aku kembali lagi ke dalam rutinintas kejenuhan di minggu sore yang semakin lama semakin mendung ini. Ingin rasanya aku main basket di lapangan luar sana, tapi melempar bola pun aku tak bisa. Ingin rasanya aku bermain golf di lapangan dekat kompleks sana, tapi memegang stik golf pun aku tak bisa. Ingin rasanya aku berenang di kolam renang country club sana, yeah, setidaknya aku bisa melakukan itu. Bagaimana bila hujan? Bukankah di luar sana cuaca sudah mendung? Persetan! Bukankah itu menjadikan suasana tambah romantis? Berenang dengan ditemani rintik air hujan yang menari dan menggeliat bagaikan penari-penari di tiang dansa? Tidak romatiskah itu? Setidaknya aku menganggap itu so fucking cool. Segera kukenakan celana renang Speedoku dan kuambil goggle ku dengan segera. Kubuka gerbang depan, dan langsung kukayuh pedal sepeda Wimcycle yang membuat banyak temanku cemburu itu menuju country club. Kolam renang, here I come baby!

Byur! Suara air yang meluap tidak pernah terdengar seindah ini, seolah-olah air memiliki orkestranya sendiri yang mampu merangkai melodi-melodi yang begitu indah dan menawan layaknya simfoni-simfoni cipataan Wolfgang Amadeus Mozart. Tak dapat disangkal, air memang sahabat karibku. Aku pun tidak menyia-nyiakan waktu dengan hanya menyiprat-nyipratkan air seperti orang-orang bodoh itu, tidaak.... Aku menghabiskan waktuku bersama air dengan berenang memakai bermacam-macam gaya seperti gaya katak, gaya bebas, gaya kupu-kupu, gaya ular, gaya naga, gaya singa, dan gaya-gaya lain yang kuketahui. Perasaan tenang dan damai selalu kurasakan saat aku berenang menggunakan gaya katak, sedangkan perasaan sejuk dan asri selalu kurasakan saat aku mengunakan gaya naga. Bermacam-macam perasaan aku rasakan saat aku menggunakan bermacam-macam gaya. Sangat keren bukan? Yeah, I know. Pukul 5 sore dan aku masih menikmati sesi renang ini dengan khidmat. Sulit rasanya untuk beranjak pergi dari kolam ini. Tapi aku sudah cukup lama berada di sini, lagipula hp ku sudah berdering lebih dari 3x daritadi, mungkin kedua orangtuaku sudah mencari aku. Aku beranjak dari kolam renang dan kukeringkan diriku dengan handuk Hello Kitty favoritku. Saat aku hendak beranjak pergi keluar dari country club, aku melihat sesosok manusia yang terlihat sangat familiar di dalam seonggok sedan yang diparkir di sebelah Wimcycleku tercinta. Aku merasa mengenal orang ini, tapi siapa ya? Saat ia keluar dari mobil itu, barulah aku tersadar, ia adalah malaikat pencabut nyawaku.

TO BE CONTINUED...

Tuesday, April 17, 2007

Listen To This



Do you recognize this picture?

If you don't, go to the nearest record store and find this picture somewhere in the metal section.
The picture above is taken from metal's greatest album's cover. An album called "Beyond Coma and Despair" by Burgerkill.
Buy this shit right away because it's so fucking awesome makes me want to cry. I don't care if you like metal or not, but buy this. You won't regret it, I promise (if you regret it, then you just simply don't understand good music). This is the greatest shit that the kingdom of Metal has to offer.

Buy this!

Wednesday, April 11, 2007

The Story of Mr. Yes and Mr. No (Part 4)

This is the forth episode of the story, this one is called :

" I Am Really Hungry Right Now "

Minggu siang hampir berakhir, dan matahari sore mulai beranjak dari bangku cadangan. Aku masih saja sendiri di rumah tanpa tahu apa yang harus kukerjakan. Adikku masih berada di rumah kawannya, dan kedua orangtuaku masih berada di acara RT. Aku hampir membunuh diriku sendiri karena rasa bosan ini sebelum Smith dan Marilyn datang berkunjung ke dalam otakku (masih ingat, teman-teman khayalanku?). Mereka baru saja kembali dari planet Hypochondriaton yang terletak di Galaksi Kroeq Koop Ing. Perjalanan yang memakan waktu 12 tahun cahaya membuat mereka tampak lebih pendek dan lebih muda. Mereka membawakan aku oleh-oleh sebuah prasasti kecil yang berasal dari peradaban Pucatpasi, peradaban tertua dari planet Hypochondriaton.

TO BE CONTINUED....

Tuesday, April 10, 2007

The Story of Mr. Yes and Mr. No (Part 3)

This is the third installment of the story, this one is called :

" Because We Never Notice The Existence Of The Solar System Nor Any Other System "

Wanita. Lelaki mana yang tidak memiliki rasa ketertarikan terhadap wanita? Lelaki dengan orientasi seksual berbeda mungkin menjadi suatu pengecualian, namun semua lelaki pasti menyukai wanita. Wanita cantik, wanita tidak cantik, wanita tinggi, wanita tidak tinggi, wanita Timur, wanita Barat, wanita Timur Laut, wanita Barat Daya, bermacam-macam wanita telah Tuhan ciptakan dan bermacam-macam pria tertarik pada mereka. Dari bermacam-macam pria itu, salah satunya adalah aku. Aku bukan seorang pecinta wanita yang setia pada seribu gadis (terima kasih kepada Irwansyah), namun yang jelas aku tertarik dan menyukai mereka. Rasa ketertarikan inilah yang membuatku pernah lupa daratan, terbuai dalam alunan melodi cinta yang telah dirangkai oleh rasa ketertarikan itu sendiri. Cinta. Berbicara mengenai cinta tidak dapat terlepas dari jatuh cinta. Jatuh cinta adalah 'jatuh' yang paling tidak menyakitkan dari semua jenis jejatuhan. Setiap orang pernah merasakan jatuh cinta (atau mungkin tidak, tapi aku tidak peduli), dan banyak orang pernah merasakan patah hati, dan salah satu dari banyak orang itu adalah aku.

Melankolis? Ya, aku juga merasa tulisan ini mulai terasa demikian. Tapi persetan bukan? Hidup tidak selalu harus berjalan sesuai dengan idealisme yang kita miliki. Ambil contoh, katakanlah, bila kita menjadi seorang metalhead. Kita pun harus (sekali-kali) mendengarkan musik jazz ataupun jenis musik lainnya, bila kita tidak ingin disebut sebagai seorang pribadi yang berpikiran sempit dan konservatif alias kolot. Kita harus membiasakan diri kita untuk tidak selalu menjadi 'karakter' atau 'identitas' yang kita identifikasikan dengan diri kita. Anak emo, dengarkanlah John Lennon! Anak punk, dengarkanlah Marvin Gaye! Throw away your fucking (fake) idealism if you still want to survive the society! Permasalahan inipun tidak berbeda jauh halnya dengan cinta. Salahkah bila kita terbuai (sesekali mungkin) dalam sebuah kisah percintaan yang dapat membuat kita merasakan seolah dunia hanya milik kita (dan dia tentunya)? Namun, tidak jarang ada pula yang merasa menjadi seorang jagoan yang merasa tidak membutuhkan cinta, menganggap masalah cinta-cintaan adalah hal yang menjenuhkan, lalu berkata "Fuck Love!" (oh shit, that's me actually). Seorang jagoan dengan pemikiran seperti ini pun pasti memiliki alasannya masing-masing mengapa mereka merasa tidak membutuhkan cinta. Bagaimana dengan aku? Yeah, aku bukanlah seorang jagoan tapi setidaknya aku merasa berhak untuk berkata "Fuck Love!" atau sebagaimana yang Mr. Marilyn Manson pernah sampaikan, "We Love Hate / We Hate Love".

Sampai paragraf ini mungkin anda akan merasa sangat penasaran mengapa aku patah hati, mengapa aku membenci cinta, mengapa aku ingin mati, mengapa dunia ini bulat, mengapa Albert Einstein dapat begitu pintar, mengapa langit berwarna ungu, dll. Aku bukanlah seseorang yang senang melihat seseorang menderita dalam penantiannya (waiting in vain?) demi menunggu sebuah jawaban. Bila anda memang ingin segera tahu, seperti ini singkatnya : Aku menyukai seorang wanita - wanita itu tampak juga menyukai aku - tapi ternyata wanita itu tidak menyukai aku, hanya mempermainkan aku saja layaknya aku seekor anjing Chihuahua - aku menjadi sedih (dan kesal tentunya) - suatu hari aku mengalami 'insiden' di sekolah - dia menertawakanku, begitu pula satu sekolah - dia menyebarkan gosip tentang aku sehubungan dengan 'insiden' tersebut dan tersebar luas (tidak percaya? Baca Kompas tanggal 25 Maret hal. 12) - harga diriku hilang entah di mana - aku menjadi bahan olok-olok permanen satu sekolah - dan aku masih jatuh cinta padanya. Well, it's a cliche and it's a fucking pathetic story. If you wouldn't believe it, it's okay but that is what actually happened. Aku membenci cinta bukan karena cinta itu menyakiti aku, tetapi karena cinta telah membuatku menjadi seorang pecundang. Aku menjadi lemah karena cinta. So fuck love! Anyway, I'm a loser and I want to die.

TO BE CONTINUED...

Sunday, April 8, 2007

The Story of Mr. Yes and Mr. No (Part 2)

This is the second part of the story, this one is called :

" Hell Has Never Been This Cold "

Pukul 9 pagi. Matahari sedang asyik bermain mata dengan pepohonan yang meliuk-meliuk dengan indah. Tampaknya ia tergoda dan terbuai dalam permainan pohon-pohon itu. Aku ingin bangun, hanya saja tubuhku tak mau berpisah dari selimut Mickey Mouse yang hangat ini. Otakku telah memerintahkan otot-otot di sekujur tubuhku untuk segera beranjak dari tempat tidur, tapi entah mengapa hatiku berkata lain. "Untuk apa bangun? Toh sehabis sarapan kamu tak tahu harus berbuat apa lagi?". Memang betul, aku hanyalah seorang pecundang yang tak dapat memanfaatkan waktu pagi dengan baik di hari Minggu yang indah ini (selain tidur tentunya). Tapi kali ini aku harus bersikap tegas terhadap diriku sendiri, aku harus bangun ! Untuk apa ? Persetan untuk apa ! Yang penting aku bangun terlebih dahulu.

Kuberanjak menuju meja makan untuk sarapan. Sehelai roti keju, ditemani segelas susu hangat, aku menyantap sarapan dengan khidmat. Ah ya, di manakah kedua orangtuaku ? Mungin anda bertanya-tanya, mungkin juga anda tidak peduli. "Jalan pagi se-RT", otakku menyahut. Ah ya, kemungkinannya itulah yang mereka lakukan saat ini. Lalu adikku ? Dimanakah ia ? Persetan ? Tidak, tidak. Aku bukanlah tipe orang yang membenci saudaraku sendiri. Malah, aku adalah tipe manusia yang sangat menyayangi keluarga. Setiap malam minggu, kami selalu berjalan bersama-sama. Dan aku bermaksud sungguh-sungguh dalam bagian "setiap malam minggu''. Bagaimana dengan pacar ? Yeah, aku tidak pernah memiliki pacar. Menyedihkan memang, tapi apalah artinya cinta. Fuck love ! Lalu, bagaimana dengan teman ? Well, I don't really have many friends. In fact, I have only 2 friends. The first one is a boy named Smith and the second one is a girl named Marilyn and both of them aren't real. Me and my imaginary friends. I'm a fucking nerd. That's why I hated this life so much :-) Haha..

Aku tidak sepenuhnya benar dalam beberapa baris terakhir di atas. Aku punya teman manusia normal yang suka menghabiskan malam minggu bersamaku. Hanya saja, aku lebih suka bersama keluarga. Imaginary friends ? Well, that part is true. They still come to me in particular times. Pacar ? Yeah, itu juga benar. Aku tidak pernah punya pacar seumur hidupku yang 18 tahun ini. Bukan karena aku gay atau semacamnya, hanya saja tidak ada gadis-gadis yang tertarik padaku. I don't have the look, I admit. Nor the brain, nor the body. I am a fucking nerd. Bagaimana dengan sebaliknya, mungkin anda bertanya-tanya (mungkin juga tidak). Adakah gadis yang kusuka ? Ada, tapi karena gadis itu pula aku ingin mati segera.

TO BE CONTINUED...